Sawit mendominasi pasar minyak nabati dunia. Sumber gambar: https://www.patihjagapati.id/ |
Oleh Masri Sareb Putra, M.A.
Dunia terus bergerak. Penduduk bertambah, kebutuhan pangan ikut melonjak. Tekanan terhadap sumber daya, terutama makanan, kian terasa dari tahun ke tahun.
Di tengah kebutuhan pokok itu, minyak nabati mengambil peran penting. Ia bukan sekadar bahan tambahan, melainkan salah satu sumber nutrisi utama bagi miliaran orang di seluruh dunia.
Bila kita menoleh ke belakang, perjalanan industri minyak nabati selama lebih dari empat dekade terakhir bukan hanya cerita tentang produksi, melainkan juga tentang dinamika populasi, selera makan, dan strategi pertanian modern.
Dari 16 Juta Ton ke 201 Juta Ton
Awal 1960, dunia dihuni sekitar 3 miliar manusia. Kebutuhan minyak nabati ketika itu hanya 16 juta ton. Angka yang, jika dibandingkan sekarang, terasa kecil. Lompatan besar terjadi pada 2019. Populasi melonjak hingga 7,7 miliar jiwa, sementara konsumsi minyak nabati menembus 201 juta ton. Dalam rentang enam dekade, permintaan meningkat lebih dari sepuluh kali lipat.
Sawit: Dari Pemain Kecil Jadi Raja Pasar
Minyak sawit pada awalnya hanyalah pemain pinggiran. Produksinya setara minyak zaitun, sedikit lebih tinggi dari minyak kelapa. Saat itu panggung utama masih dikuasai minyak kedelai dan minyak kacang tanah.
Tetapi waktu mengubah segalanya. Perlahan namun pasti, sawit mendaki tangga dominasi. Kini, menurut data Oil World, minyak sawit menguasai 37% dari total kebutuhan minyak nabati dunia, sekitar 76 juta ton per tahun. Sementara kedelai, yang dulu begitu kuat, tersisa 28%. Tujuh minyak nabati lain berbagi sisa pangsa pasar dengan porsi lebih kecil.
Perbandingan sederhana memperlihatkan betapa besar pergeseran ini. Tahun 1960, sawit hanya menyumbang 7% atau 1,2 juta ton. Kedelai di sisi lain mencapai 20% atau 3,3 juta ton. Namun enam dekade kemudian, kedudukan keduanya berbalik.
Minyak Nabati vs Minyak Hewani
Pertumbuhan itu tak hanya dipicu populasi. Ada faktor lain: pola makan yang berubah, inovasi pertanian, serta dinamika pasar global.
Di tengah dominasi minyak nabati, minyak hewani tetap hadir. Perannya sekitar 11,7% dari kebutuhan minyak dan lemak dunia. Namun angka itu jauh lebih kecil dibanding minyak nabati yang kini menguasai 88,3%.
Sembilan Minyak Utama yang Menggerakkan Dunia
Jika kita merangkum perjalanan panjang industri ini, ada sembilan minyak nabati utama yang menentukan arah.
- Kedelai,
penguasa di tahun 1960 dengan porsi 20%.
- Kacang
tanah, 15%.
- Sawit,
masih kecil di awal, kini naik ke 37%.
- Biji
kacang, 15%.
- Biji
kapas, 14%.
- Kelapa,
11%.
- Bunga
matahari, 10%.
- Zaitun,
8%.
- Lobak, 1%.
Itulah peta awal di tahun 1960. Tapi peta itu tak bertahan lama. Empat dekade berikutnya, panggung berubah total. Pada 2019, sawit melesat ke posisi puncak, sementara kedelai bertahan di tempat kedua.
Menatap Masa Depan
Perubahan-perubahan ini bercerita banyak. Industri pangan bergerak dinamis, mengikuti arus kebutuhan manusia yang tak pernah berhenti. Dari populasi yang terus tumbuh, teknologi pertanian yang kian maju, hingga selera pasar yang beralih arah.
Kehadiran sembilan minyak nabati utama itu menjadi bukti: manusia memanfaatkan keragaman sumber daya alam untuk bertahan hidup sekaligus menggerakkan industri.
Dari tahun 1960 hingga 2019, dunia belajar satu hal penting. Yakni ketersediaan minyak nabati harus dijaga, bukan hanya untuk hari ini, tapi juga untuk generasi mendatang.
Post a Comment
Thank you for your comment