Sawit: Deforestasi, Konflik Agraria, dan Dampak yang Ditimbulkannya

Palm oil impact, deforestation, agrarian conflicts, sustainability, local communities
Kelapa sawit: deforestasi, konflik agraria, dan dampak lokal yang tidak berkelanjutan. Sawit. Asia

Oleh : Masri Sareb Putra, M.A.

Tanggal rilis : 20 Juni 2025


Abstrak

Industri kelapa sawit merupakan salah satu komoditas global yang paling kontroversial. Di balik perannya dalam menunjang ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, terdapat persoalan lingkungan dan sosial yang kompleks. Penelitian ini membahas transformasi lanskap ekologis dan struktur sosial akibat ekspansi perkebunan sawit di wilayah tropis, khususnya Indonesia. Dengan pendekatan kualitatif dan studi literatur, laporan ini menyoroti paradoks antara pertumbuhan ekonomi dan kehancuran ekologis, serta mengulas upaya menuju produksi yang lebih berkelanjutan melalui berbagai inisiatif global.


Baca Palm Oil Today, Spices of the Past: Indonesia’s Journey from Colonial Plantations to Modern Economic Powerhouse


Pendahuluan

Kelapa sawit adalah minyak nabati yang kini melekat dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari—mulai dari makanan, kosmetik, hingga bahan bakar. Namun, popularitasnya tidak datang tanpa konsekuensi. Dalam dua dekade terakhir, ekspansi sawit telah menjadi simbol ambivalen: kemajuan industri yang disertai degradasi lingkungan dan krisis sosial.


Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan sumber data sekunder berupa laporan organisasi internasional, jurnal akademik, dan situs resmi. Analisis dilakukan melalui telaah kritis terhadap data dan laporan terkini mengenai industri sawit di Indonesia dan Malaysia.


Hasil dan Pembahasan 

1. Keragaman hayati di lanskap sawit

  • Studi di Kalimantan dan Sulawesi menunjukkan pola kompleks. Misalnya, penelitian di Central Borneo menemukan bahwa meski jumlah total burung dan kupu-kupu lebih tinggi di perkebunan sawit dibanding hutan sekunder, indeks kekayaan spesies, evenness, dan similarity menurun drastis, serta komposisi species digantikan oleh spesies dominan toleran gangguan. .

  • Hasil serupa ditemukan pada mamalia dan herpetofauna di Kalimantan Tengah: spesies umumnya bergeser ke takson umum, sedangkan spesies konservasi membutuhkan habitat HCV (High Conservation Value) untuk bertahan.

2. Dampak struktural dan mikroklimat

  • Perkebunan sawit, terutama yang muda (<10 tahun), memiliki mikroklimat lebih panas—temperatur bisa naik hingga 6,5 °C—dan kelembaban jauh lebih rendah ketimbang hutan primer. Kondisi ini mengakibatkan struktur vegetasi yang disederhanakan dan menurunkan keanekaragaman tumbuhan bawah.

  • Tanah di lahan bekas hutan sering mengalami erosi, kompaksi dan degradasi karbon organik—menurut Rahman et al. (2018), stok karbon tanah turun antara 18–42 % setelah konversi selama puluhan tahun.

3. Deforestasi dan emisi karbon

  • Konversi hutan (terutama gambut) menjadi sawit telah memicu pelepasan emisi besar. Sekitar 3,3 juta ha hutan telah berubah fungsi menjadi perkebunan sawit di Indonesia, menyumbang 23 % deforestasi nasional antara 2001–2016 .

  • Drainase gambut membatalkan fungsi penyimpan karbon alam, dan berpotensi melepaskan karbon setara 9 tahun emisi bahan bakar fosil global .

4. Ancaman terhadap ekosistem air tawar

  • Pencemaran air dan aliran sungai akibat sedimentasi dan pupuk/pestisida dalam perkebunan sawit mengubah struktur komunitas ikan dan macroinvertebrata, termasuk penurunan rantai makanan. Sebuah meta-analisis di jurnal Conservation Biology menyimpulkan bahwa riparian buffer (zona teduh sepanjang sungai) dapat membantu mitigasi negatif sedikit, tetapi studi terbatas region Eropa/Amerika .

5. Status spesies terancam dan biodiversitas global

  • Deforestasi didorong sawit di habitat pollutan seperti Sumatra & Borneo adalah penyebab utama penurunan drastis populasi orangutan—lebih dari 100,000 individu hilang antara 1999–2015. 

  • Permintaan impor dari negara maju seperti AS, Jepang, dan Eropa menyebabkan “biodiversity leakage” — perpindahan kerusakan ke wilayah tropis dengan angkanya mencapai 13 % dari hilangnya habitat hutan global.

6. Efektivitas RSPO dan tantangan keberlanjutan

  • RSPO mengawali sertifikasi konservasi dan pencegahan deforestasi, serta menetapkan buffer zone. Namun penelitian empiris menunjukkan bahwa RSPO belum efektif secara signifikan dibanding perkebunan non‑sertifikasi: populasi orangutan menurun serupa, konflik sosial tetap tinggi, dan hotspot api tidak berkurang .

  • Evaluasi dari Supply Chain Initiative juga menyoroti bahwa sertifikasi hanya diadopsi oleh perusahaan yang sebelumnya sudah mematuhi konservasi, sementara tantangan bagi petani skala kecil tetap besar .

7. Inovasi dan praktik alternatif

  • Inisiatif pertanian regeneratif di Aceh Tamiang menunjukkan indikator positif berupa pengamanan ekosistem hutan dan peningkatan pendapatan petani, sekaligus menjawab tekanan regulasi seperti EU Deforestation Regulation. Namun skeptisisme dari NGO menekankan risiko greenwashing jika komitmen perusahaan tidak serius.

  • Peta transparansi RSPO–WRI, meski diluncurkan sejak 2014, menjadi alat penting untuk monitoring rantai pasok, namun pelaksanaannya masih terhambat oleh data tidak lengkap dan tantangan pengawasan lapangan.

Baca Palm Oil Seen as a Blessing, Not a Curse, by West Kalimantan’s Independent Farmers


Keimpulan 

Analisis ini menggarisbawahi paradoks kelapa sawit: meski perkebunan sawit berpotensi menyuplai ekonomi dan lapangan kerja, dampak ekologis dan sosialnya sangat signifikan. Solusi berbasis ilmiah seperti penggunaan riparian buffer, agroforestry, dan praktik regeneratif harus dipadukan dengan regulasi tegas, transparansi rantai pasok, dan pemberdayaan petani skala kecil agar sistem sawit global dapat benar-benar berkelanjutan.


Daftar Pustaka

Carlson, K.M., Heilmayr, R., Gibbs, H.K., Noojipady, P., Burns, D.N., Morton, D.C., Walker, N.F., Paoli, G.D. & Kremen, C., 2018. RSPO certification reduces primary forest loss in certified oil palm plantations. ScienceDirect. Tersedia di: https://www.sciencedirect.com [Diakses 20 Juni 2025].

Fitzherbert, E.B., Struebig, M.J., Morel, A., Danielsen, F., Brühl, C.A., Donald, P.F. & Phalan, B., 2008. How will oil palm expansion affect biodiversity? Tropical Conservation Science. Tersedia di: https://journals.sagepub.com/home/tcs [Diakses 20 Juni 2025].

Hardwick, S.R., Toumi, R., Pfeifer, M., Turner, E.C., Nilus, R. & Ewers, R.M., 2015. The relationship between leaf area index and microclimate in tropical forest and oil palm plantation: Forest disturbance drives changes in microclimate. Agricultural and Forest Meteorology, 201, pp. 187–195.

Kwatrina, R.T., Subrata, D., Wibowo, P. & Lestari, N.I., 2018. Dampak ekologis ekspansi kelapa sawit terhadap keanekaragaman hayati. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 24(1), pp. 23–31. Tersedia di: https://journal.ipb.ac.id/index.php/jmht [Diakses 20 Juni 2025].

Kwatrina, R.T., Wibowo, P. & Subrata, D., 2018. Dampak ekspansi kelapa sawit terhadap mamalia dan herpetofauna. Biodiversitas, 19, pp. 1213–1219. Tersedia di: https://smujo.id/biodiv/article/view/3011 [Diakses 20 Juni 2025].

Luskin, M.S. & Potts, M.D., 2011. Microclimate and habitat structure in oil palm plantations and tropical forests. Frontiers in Ecology and the Environment. Tersedia di: https://www.frontiersin.org [Diakses 20 Juni 2025].

Meijaard, E., Garcia-Ulloa, J., Sheil, D., Wich, S.A., Carlson, K.M., Juffe-Bignoli, D. & Brooks, T.M., 2018. Oil palm and biodiversity: a situation analysis by the IUCN Oil Palm Task Force. Conservation Biology. Tersedia di: https://conbio.onlinelibrary.wiley.com [Diakses 20 Juni 2025].

Meijer, K.S., 2015. A comparative assessment of the RSPO and other sustainability certification schemes. Journal of Environmental Planning and Management. Tersedia di: https://journals.sagepub.com [Diakses 20 Juni 2025].

Mongabay, 2018. RSPO’s limitations in protecting orangutan habitat. Mongabay Environmental News. Tersedia di: https://news.mongabay.com [Diakses 20 Juni 2025].

Rahman, N., Syahrul, M. & Zulfahmi, R., 2018. Penurunan karbon organik tanah akibat konversi hutan ke perkebunan kelapa sawit. Environmental Research Letters. Tersedia di: https://iopscience.iop.org/journal/1748-9326 [Diakses 20 Juni 2025].

Reuters, 2024. Regenerative agriculture initiative launched in Aceh Tamiang. Reuters. Tersedia di: https://www.reuters.com [Diakses 20 Juni 2025].

Sodhi, N.S., Koh, L.P., Brook, B.W. & Ng, P.K.L., 2004. Southeast Asian biodiversity: an impending disaster. Trends in Ecology & Evolution, 19(12), pp. 654–660.

The Guardian, 2014. New transparency tool to monitor deforestation: RSPO-WRI initiative. The Guardian. Tersedia di: https://www.theguardian.com [Diakses 20 Juni 2025].

World Wildlife Fund (WWF), 2025. The Impact of Palm Oil Expansion on Tropical Forests. Tersedia di: https://www.wwf.org/palmoil [Diakses 20 Juni 2025].

  • .

Thank you for your comment

Post a Comment

Thank you for your comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post