| PT Astra Agro Lestari Tbk (Astra Agro) terus menegaskan dirinya sebagai salah satu pemain besar dalam industri kelapa sawit di Indonesia. Sumber gambar: perusahaan/https://www.astra-agro.co.id/2021/12/24/pertumbuhan-berkelanjutan-astra-agro-aali/ |
Oleh Irsan Maulana
Astra Agro, sawit, PT Astra International Tbk, laba, bersih,
proyeksi, CPO,replanting, tandan buah segar, TBS, Mirae Asset Sekuritas PT Astra Agro Lestari Tbk (Astra Agro) terus menegaskan
dirinya sebagai salah satu pemain besar dalam industri kelapa sawit di
Indonesia. Perusahaan ini tidak sekadar menjaga posisi di bisnis “emas hijau”,
tetapi juga membuka jalan baru lewat diversifikasi usaha.
Terinspirasi dari induknya, PT Astra International Tbk,
Astra Agro mulai merambah perkebunan lain seperti singkong dan karet. Langkah
ini menandai strategi jangka panjang untuk merespons dinamika pasar sekaligus
memperluas pijakan di sektor agribisnis.
Diversifikasi dan Akar Bisnis Sawit
Meski menjajaki peluang baru, Astra Agro tidak melupakan
akar utamanya: kelapa sawit. Komoditas ini tetap menjadi tulang punggung bisnis
perusahaan dengan kontribusi besar terhadap kinerja keuangan. Strategi
diversifikasi hadir bukan untuk menggantikan, melainkan memperkuat basis bisnis
yang sudah mapan.
Lebih dari itu, Astra Agro menegaskan komitmennya pada
keberlanjutan. Kebijakan perusahaan mencakup tata kelola lingkungan,
perlindungan hak pekerja, rantai pasok yang bertanggung jawab, hingga
keterlibatan aktif dengan masyarakat. Inisiatif sosial, mulai dari pendidikan,
kesehatan, hingga pemberdayaan ekonomi, menjadi bagian dari narasi besar
perusahaan untuk tumbuh bersama masyarakat.
Pertumbuhan Keuangan dan Replanting
Dari sisi finansial, prospek Astra Agro tetap menjanjikan.
Analis Mirae Asset Sekuritas, Juan Harahap, menilai pertumbuhan produksi tandan
buah segar (TBS) dan crude palm oil (CPO) masih berlanjut pada 2022. Kunci dari
tren ini ada pada program replanting sawit yang konsisten dilakukan, sekitar
5.000 hektare per tahun.
Namun, perusahaan juga menghadapi tantangan. Sekitar 42%
kebun sawit Astra Agro sudah berusia di atas 21 tahun. Rata-rata usia kebun
mencapai 15,5 tahun pada 2020. Inilah sebabnya replanting menjadi penting untuk
menjaga produktivitas jangka panjang.
Dengan langkah tersebut, Astra Agro menargetkan peningkatan
produksi TBS sebesar 3,9% dan CPO 2,5% pada 2022. Produksi olein pun
diproyeksikan naik dengan persentase serupa. Fokus perusahaan jelas:
meningkatkan kapasitas olahan, memanfaatkan momentum harga global, serta
mengoptimalkan keuntungan dari ekspor.
Sentimen Pasar dan Proyeksi Laba
Hingga Oktober 2021, produksi TBS tercatat 3,7 juta ton,
turun tipis 3,2% dibanding tahun sebelumnya. Namun, produksi CPO justru naik
7,4% menjadi 1,3 juta ton, terutama karena pembelian TBS dari pihak ketiga
melonjak 32,7%.
Mirae Asset Sekuritas tetap memberi rekomendasi beli saham
AALI dengan target Rp 12.700. Sementara itu, Sinarmas Sekuritas melihat
sentimen positif berkat harga CPO global yang diperkirakan bertahan di atas
3.600 ringgit Malaysia per ton. Permintaan tinggi dari Tiongkok dan India
memberi napas tambahan bagi prospek Astra Agro. Target harga saham bahkan
dipatok Rp 13.200, meskipun tetap ada potensi fluktuasi harga ke depan.
Dari sisi laba bersih, perusahaan diproyeksikan mencatat Rp
1,99 triliun pada 2021. Angka itu mungkin turun menjadi Rp 1,8 triliun pada
2022, namun pendapatan diperkirakan tetap solid, naik ke kisaran Rp 23,25
triliun.
Sawit sebagai Sektor Multidimensi
Astra Agro berusaha mengangkat sawit lebih dari sekadar
komoditas. Perusahaan memandangnya sebagai sektor multidimensi: sumber ekonomi,
peluang kerja, sekaligus sarana kontribusi bagi bangsa.
Selain menghasilkan produk turunan bernilai tinggi, Astra
Agro juga menjalankan program yang berdampak langsung pada masyarakat. Dari
membangun sekolah formal hingga mendukung pengembangan SDM lokal, perusahaan
ingin memastikan keberlanjutan bukan hanya jargon, melainkan realitas yang
dirasakan masyarakat sekitar.
Dengan kombinasi antara tradisi bisnis, inovasi, dan
keberlanjutan, Astra Agro menempatkan diri bukan hanya sebagai penghasil sawit,
tetapi juga sebagai mitra pembangunan. Jejak langkahnya menunjukkan bahwa
sektor sawit bisa menjadi kekuatan besar bagi perekonomian sekaligus
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Post a Comment
Thank you for your comment